Rendang atau randang adalah
masakan daging bercita rasa pedas yang menggunakan campuran dari berbagai bumbu
dan rempah-rempah. Masakan ini dihasilkan dari proses memasak yang dipanaskan
berulang-ulang dengan santan kelapa. Proses memasaknya memakan waktu berjam-jam
(biasanya sekitar empat jam) hingga kering dan berwarna hitam pekat. Dalam suhu
ruangan, rendang dapat bertahan hingga berminggu-minggu. Rendang yang dimasak
dalam waktu yang lebih singkat dan santannya belum mengering disebut kalio, berwarna
coklat terang keemasan.
Rendang dapat ditemukan di Rumah
Makan Padang di seluruh dunia, Namun untuk rendang yang ada di Padang terasa
lebih gurih dan pedas di bandingkan yang ada di daerah lainnya. Di Padang
rendang disajikan dalam berbagai upacara adat dan perhelatan istimewa. Meskipun
rendang merupakan masakan tradisional Minangkabau secara umum, masing-masing
daerah di Minangkabau memiliki teknik memasak dan penggunaan bumbu yang
berbeda.
Rendang memiliki posisi terhormat
dalam budaya masyarakat Minangkabau. Rendang memiliki filosofi tersendiri bagi
masyarakat Minang Sumatera Barat, yaitu musyawarah dan mufakat, yang berangkat
dari empat bahan pokok yang melambangkan keutuhan masyarakat Minang, yaitu:
1. Dagiang (daging
sapi), merupakan lambang dari "Niniak Mamak" (para pemimpin Suku
adat)
2. Karambia
(kelapa), merupakan lambang "Cadiak Pandai" (kaum Intelektual)
3. Lado (cabai),
merupakan lambang "Alim Ulama" yang pedas, tegas untuk mengajarkan
syariat agama
4. Pemasak
(bumbu), merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat Minangkabau.
Dalam tradisi Minangkabau,
rendang adalah hidangan yang wajib disajikan dalam setiap perhelatan istimewa,
seperti berbagai upacara adat Minangkabau, kenduri, atau menyambut tamu kehormatan.
(Wikipedia.org.id)